Apa yg kita persiapkan untuk sebuah pernikahan? Kejadian yg katanya hanya sekali seumur hidup, dan harus meninggalkan kesan mendalam?
Sebagian besar orang begitu terhanyut dengan persiapan duniawi, mencari gedung, dekor, hidangan, kartu undangan, baju, dan rentetan acara adat. Sebagian besar orang melupakan tuntunan syariat tentang pernikahan. Sebagian besar orang begitu takut dengan omongan orang, dengan ketakutan yg melebihi ketakutannya pada Alloh.
Waktu saya mau menikah dulu, saya begitu ingin pernikahan saya berjalah sesuai tuntunan syariat. Saya mencari tahu apa saja yg harus dilakukan dalam mempersiapkan pernikahan. Saya mendapat "sumbangan" ilmu dari adik-adik suami melalui buku terbitan At-Tibyan. Misalnya diterangkan bagaimana tidak diperbolehkannya meninggikan pelaminan, memamerkan pengantin wanita yg berhias molek, mempergunakan pakaian yg tidak syar'i, menyatukan tamu wanita dan pria, adanya gambar-gambar mahluk bernyawa atau patung, musik-musik, foto prewedding, tidak disandingkannya pengantin wanita dan pria sebelum selesainya akad nikah, dan tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perubahan struktur mahrom bagi pihak suami maupun istri (banyak orang yg merasa "Ah, kan udah jadi sodara" sehingga mereka mengabaikan status mahrom, padahal adik/kakak laki-laki suami bukan mahrom bagi istri, sehingga mereka tidak boleh tidak berhijab di depan mereka, ini baru satu contoh ya)
Sebagian besar orang sepertinya telah kehilangan esensi menikah sebagai "IBADAH" sehingga kebanyakan orang melangsungkan pernikahan seperti layaknya sebuah seremoni belaka, tanpa mengindahkan aturan-aturan syariat yg berlaku atasnya.
Ketika ada yg hendak menikah, tanyakan, apakah mereka sudah mengerti tentang hukum syar'i walimatul ursy? Pahamkah mereka adab-adab malam pengantin? Mengertikah mereka tentang adab-adab berhubungan suami istri? Atau pahamkah mereka tentang hak dan kewajiban suami-istri dalam tuntunan Islam?
"Saya sudah pernah membaca, tapi lupa tuh."
"Yah, ntar kan gampang tinggal baca"
"Penting, ya?"
Memang tidak semuanya dapat dijalankan dg baik. Misalnya saja tamu-tamu saya masih bercampur dengan sendirinya, karena yaaah memang mereka biasanya dg yg begitu. Pelaminan tetap saja ada, karena adanya pendapat "Kasian dong temen yg kenalnya sama pengantin wanita tapi gak kenal pengantin pria..." Kami hanya bisa bertekad agar anak-anak kami nanti tidak mengalami hal-hal yg kami alami, yg melanggar aturan Alloh dan sunnah Rosul-Nya.
Lalu, atas dasar apakah pernikahan itu dilangsungkan? Cinta pada Alloh? Cinta pada Rasululloh? Atau nafsu hina manusia semata? Bagaimanakah perjalanan menuju pernikahan itu? Penuh dengan ketaatan pada hukum-hukum Alloh akan hubungan pria dan wanita non mahrom? Ataukah penuh dengan kedekatan pada perbuatan-perbuatan zina?
Sungguh Alloh Maha Mengetahui dan Maha Pengampun. Terlambat kembali pada jalan kebenaran adalah lebih baik daripada tidak. Bagaimanakah bisa kita berdoa agar mendapatkan keluarga sakinah, mawaddah, warohmah, ketika kita mempersiapkan, menyelenggarakan, dan menyelesaikan proses pernikahan jauh dari tuntunan Alloh dan RosulNya? Di manakah keberkahan selain dari ketaatan pada Robb semesta alam?
Menikah dalam Islam adalah ibadah, menyempurnakan separuh dien. Lalu bagaimana ibadah dalam Islam dilakukan tanpa melihat contoh Rosululloh Solallohu 'Alaihi wa sallam? Tanpa melihat tuntunan pergaulan dalam Al-Qur'an? Akan sempurna kah setengah dien itu?
Wallohu'alam bis showab
Sebagian besar orang begitu terhanyut dengan persiapan duniawi, mencari gedung, dekor, hidangan, kartu undangan, baju, dan rentetan acara adat. Sebagian besar orang melupakan tuntunan syariat tentang pernikahan. Sebagian besar orang begitu takut dengan omongan orang, dengan ketakutan yg melebihi ketakutannya pada Alloh.
Waktu saya mau menikah dulu, saya begitu ingin pernikahan saya berjalah sesuai tuntunan syariat. Saya mencari tahu apa saja yg harus dilakukan dalam mempersiapkan pernikahan. Saya mendapat "sumbangan" ilmu dari adik-adik suami melalui buku terbitan At-Tibyan. Misalnya diterangkan bagaimana tidak diperbolehkannya meninggikan pelaminan, memamerkan pengantin wanita yg berhias molek, mempergunakan pakaian yg tidak syar'i, menyatukan tamu wanita dan pria, adanya gambar-gambar mahluk bernyawa atau patung, musik-musik, foto prewedding, tidak disandingkannya pengantin wanita dan pria sebelum selesainya akad nikah, dan tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perubahan struktur mahrom bagi pihak suami maupun istri (banyak orang yg merasa "Ah, kan udah jadi sodara" sehingga mereka mengabaikan status mahrom, padahal adik/kakak laki-laki suami bukan mahrom bagi istri, sehingga mereka tidak boleh tidak berhijab di depan mereka, ini baru satu contoh ya)
Sebagian besar orang sepertinya telah kehilangan esensi menikah sebagai "IBADAH" sehingga kebanyakan orang melangsungkan pernikahan seperti layaknya sebuah seremoni belaka, tanpa mengindahkan aturan-aturan syariat yg berlaku atasnya.
Ketika ada yg hendak menikah, tanyakan, apakah mereka sudah mengerti tentang hukum syar'i walimatul ursy? Pahamkah mereka adab-adab malam pengantin? Mengertikah mereka tentang adab-adab berhubungan suami istri? Atau pahamkah mereka tentang hak dan kewajiban suami-istri dalam tuntunan Islam?
"Saya sudah pernah membaca, tapi lupa tuh."
"Yah, ntar kan gampang tinggal baca"
"Penting, ya?"
Memang tidak semuanya dapat dijalankan dg baik. Misalnya saja tamu-tamu saya masih bercampur dengan sendirinya, karena yaaah memang mereka biasanya dg yg begitu. Pelaminan tetap saja ada, karena adanya pendapat "Kasian dong temen yg kenalnya sama pengantin wanita tapi gak kenal pengantin pria..." Kami hanya bisa bertekad agar anak-anak kami nanti tidak mengalami hal-hal yg kami alami, yg melanggar aturan Alloh dan sunnah Rosul-Nya.
Lalu, atas dasar apakah pernikahan itu dilangsungkan? Cinta pada Alloh? Cinta pada Rasululloh? Atau nafsu hina manusia semata? Bagaimanakah perjalanan menuju pernikahan itu? Penuh dengan ketaatan pada hukum-hukum Alloh akan hubungan pria dan wanita non mahrom? Ataukah penuh dengan kedekatan pada perbuatan-perbuatan zina?
Sungguh Alloh Maha Mengetahui dan Maha Pengampun. Terlambat kembali pada jalan kebenaran adalah lebih baik daripada tidak. Bagaimanakah bisa kita berdoa agar mendapatkan keluarga sakinah, mawaddah, warohmah, ketika kita mempersiapkan, menyelenggarakan, dan menyelesaikan proses pernikahan jauh dari tuntunan Alloh dan RosulNya? Di manakah keberkahan selain dari ketaatan pada Robb semesta alam?
Menikah dalam Islam adalah ibadah, menyempurnakan separuh dien. Lalu bagaimana ibadah dalam Islam dilakukan tanpa melihat contoh Rosululloh Solallohu 'Alaihi wa sallam? Tanpa melihat tuntunan pergaulan dalam Al-Qur'an? Akan sempurna kah setengah dien itu?
Wallohu'alam bis showab
No comments:
Post a Comment