Dikutip dari asy syariah :
Termasuk dalam makna ‘iffah adalah menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ
“Orang yang tidak tahu menyangka mereka (orang-orang fakir) itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta kepada manusia).” (Al-Baqarah: 273)
Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu 'anhu mengabarkan bahwa orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada seorang pun dari mereka yang minta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melainkan beliau berikan hingga habislah apa yang ada pada beliau. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka ketika itu:
مَا يَكُوْنُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ لا أدَّخِرُهُ عَنْكُمْ، وَإِنَّه مَنْ يَسْتَعِفّ يُعِفّه اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرُ يُصَبِّرَهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَلَنْ تُعْطَوْا عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
“Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, dan siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 6470 dan Muslim no. 1053 )1
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan: “Dalam hadits ini ada anjuran untuk ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta), qana’ah (merasa cukup) dan bersabar atas kesempitan hidup dan selainnya dari kesulitan (perkara yang tidak disukai) di dunia.” (Syarah Shahih Muslim, 7/145)
Nah...
Kalau fenomena di lapangan, terutama berkaca dari pengalaman yg terjadi selama perjalanan menuju Kuningan via Subang, wah, meminta-minta di sepanjang jalan sepertinya sudah jadi BUDAYA. Tidak ada rasa rasa rendah diri, malah rasa marah kalau tidak diberi.
Saya pikir, menyedekahkan harta bagi mereka yg membutuhkan memang termasuk dalam ajaran Islam.
dikutip dari asy syariah :
Al-Muhallab berkata: “Nafkah untuk keluarga hukumnya wajib dengan ijma’ (kesepakatan ulama). Adapun Penetap syariat (yakni Allah –red) menamakannya dengan sedekah hanyalah dikarenakan kekhawatiran adanya sangkaan bahwa mereka tidak akan diberi pahala atas kewajiban yang mereka tunaikan. Mereka telah mengetahui pahala sedekah, maka Penetap syariat mengenalkan kepada mereka bahwa nafkah/infak yang mereka keluarkan (untuk keluarga) adalah sedekah mereka sehingga mereka tidak mengeluarkan sedekah itu kepada selain keluarga, kecuali setelah mereka mencukupi keluarga mereka. Dan penamaan infak ini dengan sedekah adalah dalam rangka mendorong mereka agar mendahulukan sedekah yang wajib (yaitu memberi nafkah kepada keluarga) daripada sedekah yang sunnah.” (Fathul Bari, 9/600)
Tapi apakah ada ajaran Islam yg menyuruh ummatnya untuk meminta-minta? Tidak!
Apadaya, sebagian ummat Islam telah menyalahgunakan perintah bersedekah sebagai ajang untuk meminta, mengemis. Mereka membuat orang-orang mampu yg tidak memberi ketika mereka menengadahkan tangan layaknya penjahat, kurang iman, tidak patuh pada ajaran Islam. Celaan akan terasa lebih dalam jika mereka yg tidak memberi itu menggunakan "simbol" (bukan hanya tanda, tapi bentuk kepatuhan kepada Alloh) keIslaman seperti kerudung dan janggut. Yah, mungkin memang sebaiknya kalau ada yg meminta dan kita mampu memberi, kita kasih saya ya? Tapi kalau mereka selalu meminta, kapan mereka bisa mandiri? Memang bergantung pada manusia lain lebih enak daripada bersusah payah mencari rejeki Alloh yg seluas dunia, karena kadang kerja keras tidak menghasilkan "return" yg sesuai dengan usaha yg dikeluarkan.
Memang susah membedakan mereka yg meminta karena memang butuh, dan mereka yg meminta karena profesinya ya itu, peminta-minta. Kalau memang orang meminta karena butuh, dan kita mampu, sesuai dengan contoh dari Rasululloh SAW yg tidak pernah tidak memberi kalau ada yg meminta sampai habis apa yg ada pada beliau.
Adalah kesadaran untuk membantu sesama saudara Muslim yg membutuhkan yg harus ditanamkan, bukan lantas kilahan bahwa kalau tidak diminta maka banyak yg tidak "sadar diri" yg menjadi justifikasi untuk menengadahkan tangan, meminta-minta ke sana kemari.
اللّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِيْنِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيْهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِيْ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلَِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang agama ini merupakan penjagaan perkaraku, dan perbaikilah bagiku duniaku yang aku hidup di dalamnya, dan perbaikilah bagiku akhiratku yang merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dalam seluruh kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari seluruh kejelekan.” (HR. Muslim)
Termasuk dalam makna ‘iffah adalah menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ
“Orang yang tidak tahu menyangka mereka (orang-orang fakir) itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta kepada manusia).” (Al-Baqarah: 273)
Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu 'anhu mengabarkan bahwa orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada seorang pun dari mereka yang minta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melainkan beliau berikan hingga habislah apa yang ada pada beliau. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka ketika itu:
مَا يَكُوْنُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ لا أدَّخِرُهُ عَنْكُمْ، وَإِنَّه مَنْ يَسْتَعِفّ يُعِفّه اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرُ يُصَبِّرَهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَلَنْ تُعْطَوْا عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
“Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, dan siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 6470 dan Muslim no. 1053 )1
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan: “Dalam hadits ini ada anjuran untuk ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta), qana’ah (merasa cukup) dan bersabar atas kesempitan hidup dan selainnya dari kesulitan (perkara yang tidak disukai) di dunia.” (Syarah Shahih Muslim, 7/145)
Nah...
Kalau fenomena di lapangan, terutama berkaca dari pengalaman yg terjadi selama perjalanan menuju Kuningan via Subang, wah, meminta-minta di sepanjang jalan sepertinya sudah jadi BUDAYA. Tidak ada rasa rasa rendah diri, malah rasa marah kalau tidak diberi.
Saya pikir, menyedekahkan harta bagi mereka yg membutuhkan memang termasuk dalam ajaran Islam.
dikutip dari asy syariah :
Al-Muhallab berkata: “Nafkah untuk keluarga hukumnya wajib dengan ijma’ (kesepakatan ulama). Adapun Penetap syariat (yakni Allah –red) menamakannya dengan sedekah hanyalah dikarenakan kekhawatiran adanya sangkaan bahwa mereka tidak akan diberi pahala atas kewajiban yang mereka tunaikan. Mereka telah mengetahui pahala sedekah, maka Penetap syariat mengenalkan kepada mereka bahwa nafkah/infak yang mereka keluarkan (untuk keluarga) adalah sedekah mereka sehingga mereka tidak mengeluarkan sedekah itu kepada selain keluarga, kecuali setelah mereka mencukupi keluarga mereka. Dan penamaan infak ini dengan sedekah adalah dalam rangka mendorong mereka agar mendahulukan sedekah yang wajib (yaitu memberi nafkah kepada keluarga) daripada sedekah yang sunnah.” (Fathul Bari, 9/600)
Tapi apakah ada ajaran Islam yg menyuruh ummatnya untuk meminta-minta? Tidak!
Apadaya, sebagian ummat Islam telah menyalahgunakan perintah bersedekah sebagai ajang untuk meminta, mengemis. Mereka membuat orang-orang mampu yg tidak memberi ketika mereka menengadahkan tangan layaknya penjahat, kurang iman, tidak patuh pada ajaran Islam. Celaan akan terasa lebih dalam jika mereka yg tidak memberi itu menggunakan "simbol" (bukan hanya tanda, tapi bentuk kepatuhan kepada Alloh) keIslaman seperti kerudung dan janggut. Yah, mungkin memang sebaiknya kalau ada yg meminta dan kita mampu memberi, kita kasih saya ya? Tapi kalau mereka selalu meminta, kapan mereka bisa mandiri? Memang bergantung pada manusia lain lebih enak daripada bersusah payah mencari rejeki Alloh yg seluas dunia, karena kadang kerja keras tidak menghasilkan "return" yg sesuai dengan usaha yg dikeluarkan.
Memang susah membedakan mereka yg meminta karena memang butuh, dan mereka yg meminta karena profesinya ya itu, peminta-minta. Kalau memang orang meminta karena butuh, dan kita mampu, sesuai dengan contoh dari Rasululloh SAW yg tidak pernah tidak memberi kalau ada yg meminta sampai habis apa yg ada pada beliau.
Adalah kesadaran untuk membantu sesama saudara Muslim yg membutuhkan yg harus ditanamkan, bukan lantas kilahan bahwa kalau tidak diminta maka banyak yg tidak "sadar diri" yg menjadi justifikasi untuk menengadahkan tangan, meminta-minta ke sana kemari.
اللّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِيْنِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيْهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِيْ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلَِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang agama ini merupakan penjagaan perkaraku, dan perbaikilah bagiku duniaku yang aku hidup di dalamnya, dan perbaikilah bagiku akhiratku yang merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dalam seluruh kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari seluruh kejelekan.” (HR. Muslim)