Friday, August 18, 2006

"Eh, boleh tau gak?"

"Eh, gue boleh tau gak? Dulu itu gimana awalnya sampe lu pake jilbab? Ada suatu ilham apa ato ada kejadian apa gitu gak?"

Pertanyaan yg selalu membuat saya tersenyum, terkenang masa-masa kecil sampai akhirnya berkerudung. Dari playgroup (umur 2,5 tahun, Playgroup Tadika Puri, dekat rumah) saya sudah tau, saya ini orang Islam, kalau ditanya,"Agama kamu apa?" saya sudah bisa jawab, "Islam." Saya pernah "protes" sama bu guru saya waktu mengajarkan sebuah lagu yg ada kata "astaga"nya, saya bilang, "Kata bapak saya, kita gak boleh bilang astaga, bilangnya astaghfirulloh" dan akhirnya lagu itu diganti bagian astaganya dg astaghfirulloh, walaupun terusnya saya merasa ada yg aneh dg lagu itu. Saya suka disuruh nenek untuk ikut ngaji di rumah ibu Ntun di ujung gang, tapi saya takut sekali karena katanya ibu itu galak (dan saya menyesalinya sekarang...). Saya baru mulai belajar baca Qur'an kelas 3 SD, di garasi rumah. Waktu saya lihat lagi foto-fotonya, saya suka ketawa sendiri. Waktu itu yg mengajar adalah ibu Yoyoh, hafidz Qur'an lulusan IAIN jurusan hapal Qur'an (wkt dulu begitulah saya diberitahu tentang "latar belakang" ibu Yoyoh). Ibu Yoyoh memerintahkan agar kami memakai baju yg menutup aurat, rok panjang. Tapi di foto itu jelas terlihat saya dan teman saya, Mila (sekompleks, se-SD sampai se-SMA) menggunakan kaus lengan lebih pendek dari kaus lengan pendek, berok panjang, dan berkerudung (waktu itu saya bilang kerudung itu yg cuma asal nemplok di kepala, kalo jilbab itu yg dipenitiin rapi). Sepertinya kami tidak mengerti aurat itu mana aja dan setelah mengerti pun tidak beritikad memakai baju yg gerah. Waktu SD, blm ada teman yg berkerudung, baru ada waktu SMP. Salah satunya teman baik saya, FItri. Dia rajin sekali mengajak saya ikut pengajian dan mengingatkan untuk memakai kerudung, "Kerudung itu kan wajib, Mi, bla bla bla." Dan dia berhasil membuat saya membeli seperangkat baju panjang, kerudung, manset, dan pernak perniknya. Namun urung saya pakai karena bapa bilang, "Nanti sajalah kalau udah besar, sekarang kan kamu masih mau pake baju ini itu, nanti kalo udah kerudungan masa dilepas lagi? Malu-maluin aja." (yaa ghoffaar... ampunilah dosa-dosa bapa ku, dan tempatkanlah dia di tempat yg terbaik di sisi-Mu... amiin). Saya sempat sering kali menghindarinya, saking kesalnya dikasih tau dan ditanya itu-itu juga.
Waktu SMA, Mila pun mulai berkerudung. Walaupun dia tidak "sesemangat" Fitri dalam mengajak berkerudung, pun ikut mentoring, tapi dia pun melakukan hal yg kurang lebih sama. Dan saya malah jadi makin sering mangkir dari mentoring (terutama kalo udah kebagian ngasi kultum...). Waktu itu sepulang salah satu mentoring, saya juga sempat hampir berkerudung, dan lagi-lagi terbentur dg ketidakyakinan bahwa saya kuat berkerudung, dan bisa menjaga "nama baik" kerudung yg identik dengan Islam. Waktu ikut pemilihan siswa teladan di Bandung, teman sekamar menggunakan kerudung, dan saya ditanya lagi, "Kenapa gak pake kerudung? Kan wajib? Kapan mau berkerudung?"
Berangkat kuliah, lagi-lagi 4JJI menempatkan saya bersama dengan teman-teman terbaik, yang juga getol mengajak saya berkerudung, Linda, Aulia, Rita, dan teman-teman "jilbaber" lainnya. Sepulang dari kepanitiaan Ramadhan di kampus, hampir lagi saya menggunakan kerudung. Bahkan waktu itu ibu datang menjemput ke asrama dengan keyakinan bahwa sepertinya anaknya sekarang benar-benar berkerudung. Sayangnya tidak, belum.
Waktu sudah bekerja dan ikut Studi Islam Intensif (SII) yg diadakan oleh rohis Indosat, kembali saya berkeinginan untuk berkerudung. Bahkan sempat seharian saya tidak melepas kerudung saya di kos (lagi-lagi 4JJI menempatkan saya sekamar dg pemakai kerudung, Rani). Tapi lagi-lagi kandas, tidak terealisasi. Saya tidak ingat benar apa lagi penyebabnya.
Saya benar-benar melaksanakan berkerudung, setelah Bapa meninggal. Beberapa hari setelah bapa meninggal (seingat saya tidak sampai berminggu-minggu setelahnya), saya nekat menggunakan kerudung, tidak memikirkan ada stok bajunya, kerudungnya, atau apalah. Yang ada dalam benak saya waktu itu adalah, saya tidak mau membuat ayah saya disiksa di kuburnya atau kapan pun, karena dia tidak menyuruh saya berkerudung, padahal kerudung itu wajib. Saya tidak ingin ayah saya tidak bisa selamat, karena anaknya yg cuma satu pun tidak bisa menyelamatkannya dg doa sebagai anak sholehah. Sungguh kasihan ayah, kalau sampai jerih payahnya mendidik saya selama ini, menyusui saya dg botol susu di kala saya bayi dan terbangun di tengah malam, mengganti popok dan seprei yg basah sewaktu saya mengompol di pagi, siang dan malam hari, membuatkan saya makan mie di pagi hari sebelum berangkat sekolah waktu TK sampai SD, mengantar dan menjemput saya ke sekolah waktu SD, bahkan menjemput saya pulang les LIA di tengah hujan deras karena kekhawatirannya, berhutang untuk menyediakan penghidupan dan pendidikan yg layak untuk anaknya semata wayang ini, dan banyak lagi kasih sayangnya yg tidak cukup untuk dilist satu per satu. Sungguh apalah yg bisa saya berikan sebagai balasan, kecuali berusaha sekuat tenaga menjadi anak sholehah yg selalu mendoakan pengampunan dan keselamatannya dari siksa dan naar.
Maka saya pun mendekat pada 4JJI, memulainya dg kerudung. Kerudung seadanya, tipis, dan pas sampai di dada. Lalu saya mulai rajin datang ke pengajian, pengajian apa pun, dg niat menambah ilmu Islam. Lalu saya mulai mengganti kerudung saya dg kerudung yg lebih panjang (walaupun sekarang setelah diliat lagi, tetep lebih tipis). Setelah menikah, saya pun diajarkan suami untuk menggunakan kerudung yg lebih tebal, dan mengganti celana panjang dengan rok panjang, dan terkadang menggunakan gamis.

Jadi, waktu awal menggunakan kerudung, jawaban pertanyaan di atas adalah : untuk menyelamatkan bapa saya dari siksa dan untuk mengawali menjadi anak sholehah yg selalu mendoakannya...

Kalau ada lagi yg tanya sekarang-sekarang ini, jawabannya lebih sederhana,"Karena 4JJI dan Rasul-Nya memerintahkan demikian" dan mungkin saya akan menyodorkan buku Pendidikan Cinta untuk Anak saya padanya...

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.(An-Nur 31)"

"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yg dahulu dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS Al Ahzaab :33)"

"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min , "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan 4JJI Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab :59)"

"Niscaya 4JJI akan memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati 4JJI dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar (QS Al Ahzab : 71)"

"
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahanam itu lebih sangat panas (nya)", jika mereka mengetahui.(QS At Taubah : 81)"

"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS Al-A'raaf : 26-27)"

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS Al Ahzab : 36)"

" Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS Luqman : 15) "


Kerudung saja tidak cukup ternyata ya? Saya masih perlu banyak belajar tentang Islam. Tak cukup waktu untuk mendengarkan musik dan lagu-lagu baru seperti jaman dulu kala, karena saya harus mengejar ketinggalan saya dalam penghapalan Qur'an (apa kata anak saya kalau saya suruh dia menghapal satu surat pendek, sedangkan saya sendiri tidak hapal?), saya ganti novel-novel itu dengan bacaan yg "menambah ilmu Islam" karena saya nanti harus membimbing anak saya kepada Islam (apakah cukup nanti saya mengatakan, wudhu itu begini dan begini-seperti yg diajarkan dari orangtua dan turun temurunnya, sholat ini begini dan begitu-seperti yg diajarkan dari orangtua dan turun temurunnya dan dari guru di sekolah-- sedangkan saya sendiri tidak tahu mana yg benar dari ajaran-ajaran itu?). Semoga 4JJI memberikan hidayah dan jalan yg lapang bagi saya untuk terus memperbaiki diri dan mendidik anak-anak saya menjadi orang-orang yg bertakwa, dan menjadi cahaya yg menerangi lingkungannya dari kegelapan... AMiin.

"
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS Al Ra'd : 11)"

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari,atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (QS An-Nahl 43-47)"

Friday, August 11, 2006

Pagi-Sore di St Gondangdia

Pagi hari turun dari kereta Pakuan jam 8.18. Turun dari tangga pertama disambut pemeriksa karcis. Turun dari tangga kedua disambut rombongan tukang ojek. Di lantai dasar disambut pemandangan yg bikin miris...

Sudah lama sebagian lantai dasar st Gondangdia diisi oleh pedangang, yg selain membuka lapak dagangannya juga "merumah" di sana. Mereka mandi, memasak, dan tidur di lapak jualan mereka itu. Dari kemarin saya perhatikan seorang anak wanita berusia 4 atau 5 tahun, habis mandi, masih bugil, berlari mengikuti ibunya dari tempat mandinya ke "rumah" mereka. Aduuuh, ibunya sudah diberikan kesempatan untuk memandikan anaknya, kenapa juga tidak dia manfaatkan untuk mengajarkan aurat sejak dini? Hari kemarin saya melihat anak itu, juga dg kondisi bugil, di depan warung makan (mungkin itu lapak makanan orangtuanya) dan seorang laki-laki dewasa (yg sepertinya bukan bapaknya atau kakeknya, ataupun pamannya) sedang mengajaknya bercanda sambil memegang tubuh bugilnya... Astaghfirulloh... Kalaulah kebiasaan ini terbawa sampai ia dewasa, mengingat masa kecil adalah masa ditanamkannya akhlak2 yg baik, apa yg akan terjadi? Mungkin dia merasa sah-sah saja jadi model majalah bugil? Toh dari kecil juga sudah "biasa"... Mungkin dia akan tenang-tenang saja saat seorang laki-laki "memegang" tubuhnya di bagian mana pun, toh dari kecil juga sudah banyak yg pegang? Na'udzubillaahimindzalik... Semoga 4JJI memberikan hidayah pada orangtuanya untuk mengajarkan akhlak yg baik untuk masa depan anaknya dan kemuliaan mereka sendiri. Paling tidak, pakaikanlah handuk pada anaknya itu setelah mandi, saat melintas dari tempat mandi ke "rumah"nya... (atau jgn2 handuk pun dia tak punya? mungkin saatnya tangan kanan bertindak, daripada membiarkan otak berpikir tanpa tindakan berarti ya?)


Lain lagi pemandangan sore hari saat sampai di depan loket penjualan karcis Pakuan. Seorang ibu muda,mungkin masih seumuran SMP, menggendong anak bayi yg kumal, meminta sedekah untuk makan, untuk beli susu anaknya, katanya. Susu anak itu tergeletak di lantai, masih sebotol penuh memang. Jgn2 itu adalah botol terakhirnya? Yang tidak disangka adalah ketika datang seorang perempuan yg lebih tua, mengambil alih penggendongan anak itu, dengan "mengepitnya" di ketiak. Apakah anak itu anak yg dipinjamkan untuk diajak mengemis? Yang terbayang adalah anak sendiri. Sungguh tega sekali memperlakukan anaknya dengan sekasar itu, tanpa kasih sayang. Ya Rabb, bagaimana kalau anak itu adalah anakku? Sungguh kasihan nasibnya.


Di kereta pakuan atau ekonomi, lain lagi ceritanya. Anak bayi dan balita diajak "nyari duit", ntah itu mengamen (diajarin joget seronok pula... dan bapak2 di dalam kereta malah memandang anak itu sambil tertawa-tawa... Astaghfirulloh, apanya Pak yang lucu?? Sungguh menyedihkan, sejak kecil diajarkan mencari uang dg cara seperti itu... Bukan salahnya sepenuhnya kalau sudah besar dia "menjual dirinya" ya?) ataupun menyapu lantai kereta. Pun ada yg tanpa tedeng dialing-aling langsung minta uang untuk makan. Bersungut kalau tidak ada seorang pun yg memberinya atau memperhatikannya.

Duhai... sungguh akan celaka aku ini... Tidaklah tangan kananku bisa membantu mereka semua... Doaku untuk mereka, semoga hidayah 4JJI akan datang membimbing mereka ke jalan yg lurus, dan semoga pertolongannya segera datang untuk mengangkat mereka dari kenistaan dan kemiskinan... Dan bilalah rejeki mereka lewat tanganku, semoga ringanlah tangan dan hatiku untuk mengeluarkan hak-hak mereka... Dan semoga 4JJI meringankan juga hati dan tangan sodara-sodara yg lain untuk membantu mereka keluar dari ketidakberdayaan, bukan saja dari harta benda, tapi dari kejahilan, dari ketidaktahuan tentang jalan yg lurus... Amiin. Semoga 4JJI mengampuni dosa hamba-Nya yg dho'if ini dan menyelamatkan hamba dari kecelakaan dan keburukan, karena tak mampu berbuat banyak untuk mereka... Amiin.

Friday, August 04, 2006

Permasalahan yang Sama Kalau Naek Kereta Pakuan...

Dulu saya giat mengikuti milis KRL-mania. Kalau saya perhatikan, permasalahan yang selalu muncul sebenarnya berpola :
  1. Masalah tempat duduk, ini terbagi ke dalam gologan :
    • Ibu hamil, manula, orang cacat, dan ibu menyusui/dg anak kecil yang tempat duduk khususnya diduduki oleh orang-orang sehat wal afiat dan tidak berhak atas bangku
      tersebut, tapi orang-orang tersebut malah merasa sudah sama-sama bayar, jadi
      sama-sama berhak.
    • Waktu jamannya Pakuan masih pakai karcis dg nomor tempat duduk, ada orang-orang yg tidak mengerti kalau karcis itu ada nomornya dan kalau tidak ada nomornya berarti berdiri, dan ada orang yg berlagak pilon sehingga walaupun tahu karcis tanpa nomor itu harusnya berdiri, mereka nekat duduk manis, dan dengan senang hati berseteru dengan pemilik nomor tempat duduk tsb.
    • Ada orang-orang tidak berkarcis, yang bisa duduk nyaman, sedangkan yg berkarcis buka lapak dengan manis di lantai.
    • Ada anggota "angkatan" yang pasti tidak beli karcis tapi duduk manis, sementara penumpang berkarcis, bersabar duduk di lantai
    • Ada anggota PT KAI, yang kadang tidak berkarcis karena kenal dg kondektur dan masinis, juga duduk manis, sementara penumpang berkarcis, duduk manis di lantai
    • Ada sekelompok orang yg biasa ngetekin bangku untuk rekan sekelompoknya, yg datang lebih telat, padahal kan aturan dasarnya (setelah no tempat duduk dihapuskan) siapa cepat dia dapat!
  2. Masalah karcis, ini juga dibagi ke dalam :
    • Penumpang tidak berkarcis bisa naik dari pintu masinis, asalkan membayar sejumlah uang tertentu. Naiknya juga kadang tidak di stasiun di mana Pakuan resmi berhenti, bisa di stasiun mana saja asalkan sudah kenal dan sudah bayar.
    • Penumpang tidak berkarcis duduk manis di lantai bergerombol, mengumpulkan saweran, kemudian diberikan oleh perwakilannya kepada kondektur pemeriksa karcis. Para penumpang ini biasanya disebut freeraiders.
    • Penumpang tidak berkarcis, duduk manis di bangku penumpang berkarcis, sebuah kezaliman ya...
    • Penumpang dengan karcis tidak sesuai dengan harga rute yg dilalui, misalnya naik Pakuan harga Rp 11.000,- belinya karcis depok atau bojong, alesannya udah gak dapet duduk, turunnya juga gak di bogor kok, paling jauh kan bojong...
    • Pemeriksaan karcis yg ketat tidak dilakukan secara konsisten, hanya kalau ada laporan pelanggaran, jadi tidak memberantas para pelanggar sama sekali. Kalaupun ada pemeriksaan, biasanya lebih galak yg melanggar daripada yg memeriksa! Halaaaah....
    • Petugas penjual karcis di stasiun, kadang nakal. Mereka memanfaatkan kondisi penumpang yg sebagian besar dalam keadaan terburu-buru mengejar kereta tercepat agar bisa pulang ke rumah cepat (harapannya). Kalau lagi hoki, petugas yg nakal ini bisa mendapat keuntungan Rp 89.000,- (anggaplah penumpang membayar Rp 100.000, untuk karcis Rp 11.000,- dan lupa mengambil kembalian). Petugas juga suka nakal dengan memberikan kembalian dari pecahan terkecil lebih dulu, misalnya kembaliannya Rp 39.000,- yg diberikan terlebih dulu adalah pecahan seribuan, baru pecahan yg lebih besar (untungnya lebih banyak...)
    • Petugas pemeriksa karcis di pintu masuk dan pintu keluar stasiun tidak berwibawa dan tidak memiliki kesopanan yg memadai. Ada anggota milis perempuan yg sampai didorong segala! Di stasiun Gondangdia, tempat saya biasa turun kalau mau ke kantor, sering sekali terjadi adu mulut dan perang urat antara penumpang dengan petugas pemeriksa karcis di pintu keluar. Mereka minta dihormati, tapi mereka juga tidak bersikap sopan layaknya orang terhormat.
  3. Masalah jadwal kereta, baik kereta ekonomi maupun ekspres seperti Pakuan, jadwalnya seringkali berantakan. Terutama jadwal kereta sore, dari arah Jakarta ke arah Bogor, Depok, Bekasi, dan Bojong. Pakuan dengan jadwal keberangkatan dari Gondangdia pukul 17.30 saja bisa baru sampai jam 18.15! Apalagi Pakuan dengan keberangkatan lebih malam.
  4. Masalah copet, di Pakuan sih jarang ada copet, tapi waspada itu tetap penting!
  5. Masalah para pedagang asongan, pengamen, anak-anak peminta-minta, yg naik dari stasiun pertengahan antara Jakarta dan tujuan kereta. Mereka cukup mengganggu dengan berlalu lalang dan bernyanyi dg suara sumbang (kalau enak, cukup menghibur juga). Pernah ada pedagang asongan yg ngomel-ngomel, "Haaah, penumpang pakuan masa nawar goceng!" Padahal kan yang namanya nawar mah siapa aja berhak nawar berapa aja...

Thursday, August 03, 2006

Pesan Bapak Saat Aku Beranjak Dewasa

Saat saya masuk SMP, almarhumah bapak pernah berpesan, sebuah pesan yg terngiang sampai saya lulus menjadi ST.

"Kalau diajak kenalan sama orang laki di jalan, jangan mau. Kalau orang baik, kenalannya di tempat yg baik, di sekolah (karena teman sekolah), di kantor (karena teman kantor), dan ngajak ketemunya juga bukan di mal, tapi di rumah yg perempuan saat ada orang tua dan saudara, tidak hanya berdua. Jangan mau diajak kenalan sama sembarang orang di jalan, di mal, di bioskop, atau tempat publik lain yg tidak terjamin kebenarannya."
(Waktu itu belum kenal MIRC, ICQ, YM, dkk... mungkin kalau bapak tau, akan ditambahkan, jgn juga kenalan sama orang gak jelas di YM, diboongin nanti...)

Meskipun simpel, tapi penuh makna, terutama saat saya harus memilih calon suami. Saya tantang dia datang langsung ke rumah, bertemu ibu, dan paman-paman (karena bapak sudah tidak ada saat itu). Orang yg serius, akan bertindak dg serius juga. Kalau menunda-nunda, bermalas-malasan... Nah, warning!!!

Bukan jamannya lagi kesengsem sama orang karena tampang, harta, dan kebaikan perilaku yg semu... Waktunya untuk bersandar pada realita, dan berpegang pada aturan agama, agar selamat dunia akhirat...

"Sesungguhnya, wanita baik-baik itu hanya untuk laki-laki baik-baik..." Ada tertulis di Al-Qur'an, lalu mengapa ragu? Kalau kita sebagai wanita memperbaiki diri, akhlak dan ilmu, insyaalloh dapat jodoh terbaik pula... Jaminannya langsung dari 4JJI SWT lho...